Kamis, 07 Februari 2013

Sebulan Untuk Selamanya


“Oh My Gawd! Bagus banget.” seruku sambil melihat sebuah bracelet yang berkilauan saat di Blubery Shop.
“Iya, bagus banget.” Sembari Irma menjawab.
Aku dan Irma bersahabat sudah lama dari grade XI. Aku selalu bersama Irma dimanapun berada. Banyak orang bilang aku seperti kakak adik yang rukun, selalu bersama.
“Irma, sini deh..” Panggilku
“Ada apa?”jawab Irma.
“Kita beli ini aja yukz, biar kita sama gituh.” Ajakku
“ Ya, boleh-boleh.” Jawab Irma dengan suara lembutnya.
Aku itu orangnya cerewet, sok imut, tapi aku gini-gini pinter, hehe. Sedangkan Irma orang yang sangat pendiem, baik dan lembut lah. Memang perbedaan aku dan Irma banyak banget tapi kita bisa kok ngadepin perbedaan kita.
Tut...tut...tut.. dering sms masuk ke I-Phone yang tertutup oleh tas pink milik Irma.
“Aduh, gue kagak punya pulsa lagi.!” Seru Irma sambil membuka sms.
“Why?” tanyaku.
“Gue boleh minjem handphone loe gak? Gue mau bales sms dari temen gue nih.”tanya Irma sambil  mohon sama gue.
“Ya boleh lah say, nieh..” jawabku sambil menyodorkan iPhone5 ku.
Irma mengetik sms dan mengirimnya yang aku nggak tau siapa orang nya.
Sehabis beli bracelet itu, aku pulang sama Irma dengan Mobil Jaguar merahku. “Thanks ya An.” Irma berterimakasih atas tumpangannya.
“ Yeah...sama-sama.” Jawabku sambil menyuruh supirku jalan.
Sesampai di rumah, aku langsung menuju ke istanaku, tempat di mana aku mencurahkan senang sedih dan sebagainya.disini juga tempat aku sering curhat sama Irma.
Ku rebahkan badanku di kasur yang bernuansa Red Flowers.Aku  memang suka dengan warna merah, barang-barang  yang aku miliki, selalu berwarna merah.
 Ku rasakan lelah, letih, karena tadi seharian shopping sama Irma. Saat aku mulai terlelap, tiba-tiba dering sms masuk ke Red Appleku. Aku melihat nomer yang tak dikenal. Aku geli dan kaget melihat sms itu. Aku berfikir, tadi Irma minjem handphoneku saat di Mall tadi, ‘Apa ini cowo Irma yang tadi ia sebut temannya?’ batinku. Karena rasa penasaranku aku mencari tahu tentang cowo yang mengaku sebagai Arman ini. Pikirku, besok ini akan menjadi gosip terbaru di kelas, khususnya untuk teman-teman dekatku.
“Woy, tau gak? Irma ternyata sudah punya cowo. Loe kok nggak bilang ke kita sih kalo loe udah punya cowo?” Kataku heboh.
Tapi reaksi teman-teman biasa aja, nggak seperti yang aku harapkan. Aku tanyakan kebenaran itu pada yang bersangkutan. Alhasil, malah aku dibuat sedih dan haru olehnya. Arman cowo berumur 16 tahun itu mempunyai penyakit kanker otak! Dan tak kusangka Irma berpacaran dengan cowo itu. Sekarang aku jadi  sering sms sama Arman sejak aku kenal dengannya, Tapi hanya membicarakan hubungannya dengan Irma.
“Menurut loe, gue orangnya gimana?” tanya Arman lewat sms.
“Ya gituh deh, lagian gue kan gak tau loe.!” Jawabku tegas.
“yah, nggak apa apa deh.” Jawab Arman.
Lalu sempat beberapa bulan  aku gak pernah smsan dengannya. Aku hilang contact sama Arman. hingga suatu hari aku iseng sms ke semua kontak di handphoneku, dan tiba-tiba Arman membalasnya. Kami kini mulai akrab kembali. Dia sering membicarakan tentang Irma tetapi bukan kegembiraan, dia sering mengeluh soal Irma. Curhat  gitu dehh..
“Bayangin deh,kalau loe punya cowo yang di telfon nggak pernah di angkat, di sms nggak pernah di bales,BT NGGAK?.”tanyanya lewat sms dengan ketikan yg menurutku itu mengesalkan.
“ya mungkin, Irma sedang sibuk.” Jawabku positif thinking.
Semakin hari dia sering sms aku, dan lama kelamaan aku semakin nyaman sama dia.  Hingga suatu saat dia bilang cinta sama aku padahal dia masih berstatus sebagai cowo Irma, sahabatku. Aku pun menolaknya.
Lalu beberapa minggu kemudian aku dengar dia sudah putus dengan Irma dan menembak aku  lagi. Karena aku terlanjur suka sama dia, jadi aku terima dia.
Udah lama berlalu, salah satu sahabatku melihat handphoneku dan melihat sms dari Arman.
“Hey, sekarang Anna udah punya cowo loh, sebelumnya loe nggak punya pacar, akhirnya sekarang sudah ya An? cowonya Anna ini namanya Arman, iya kan?” tanya Ersa temanku heboh.
“Ah, Ersa!”bentakku.
‘Irma pasti kaget saat mendengar nama tadi’ batinku.
Setelah  kejadian itu, sekarang aku sama Irma jarang komunikasi, menyapa pun nggak pernah. Aku jadi sedikit menyesal.
Sekarang hubungan persahabatanku sama Irma udah putus seperti temali yang terpotong gunting. Irma yang dasarnya pendiam, sekarang lebih jadi pendiam lagi sejak masalah itu. Kami sama sekali tidak saling bicara. Sebenarnya aku ingin bicara dengannya dan menjelaskannya. Tapi aku malu dengan kesalahanku. Aku merasa tidak pantas dan sepertinya Irma juga udah nggak peduli sama aku.
“Gimana? udah baikan sama Irma?” tanya Arman padaku.
“Belum. Aku sama Irma masih tetep diem-dieman. Mau nyapa dulu tapi malu. Irma juga menghindar dari aku, Bebz.”jawabku sedih
“Maaf, Bebz. Semua ini gara-gara aku. Persahabatan kalian kini rusak gara-gara keegoisanku.”Kata Arman sambil memegang tanganku berusaha minta maaf.
Aku hanya memandangnya dengan sedih. Sebenarnya aku juga menyesal tapi mau gimana lagi. Semuanya udah terjadi. Dia memelukku erat. Lalu dia berkata sesuatu.
“Bebz, besok aku mau pergi ke luar negeri.”
“Mau apa?” tanyaku
“Ngunjungin keluarga kok, nggak lama. Paling seminggu. Sekalian  cari pacar baru. Mau ikut? Hehe..”jawabnya sambil tersenyum di hadapanku.
Aku membalas senyumannya dengan cubitan mesra.
Dua hari setelah keberangkatannya dia baru bilang kalau dia pergi ke luar negeri untuk menjalani operasi kanker otaknya. Aku terkejut dengan ucapannya.
Kini sudah seminggu kami jadian. Baru sekali aja aku jalan sama arman dan sekarang aku ditinggal ke luar negeri.
Tiba-tiba I-phone baru kesayanganku bergetar tanda ada sms. Aku lihat hapeku. Sms dari arman.
“Ini Anna ya?” isi sms itu.
‘Pasti bukan arman yang sms’ pikirku.
“Iya. Ini siapa ya?”
“Ini Dea, sepupunya Arman. Arman tadi jatuh dari ranjang dan sekarang dia nggak sadarkan diri.”
Sontak aku terkejut mendengar berita itu. Mataku kini sembab oleh air mata. Air mataku tak berhenti mengalir dengan derasnya. Aku hanya bisa berdoa di setiap sholatku.
“Anna yang sabar,ya.” Sms dari nomor  Arman datang lagi.
Aku tak sanggup menjawabnya. Hari ini aku hanya diam di kamar saja. Kali ini mataku sudah tak kuat lagi untuk menangis dan mulai mengantuk. Kulihat jam wekker hello kitty-ku sudah menunjukkan pukul 11 malam. Aku baringkan tubuhku diatas ranjang dan mulai memejamkan mata.
@@@@
Hari ini adalah tanggal 6 Desember. Itu artinya tepat satu bulan aku jadian sama Arman. Hari ini aku seneng banget karena tahu Arman sudah sadar. Tapi kebahagiaan itu Cuma sesaat. Dea bilang kalau Arman amnesia.
“Arman sekarang amnesia, Aku minta bantuan kamu untuk mengembalikan ingatan Arman, aku yakin kamu bisa.” Pintanya lewat sms.
“Aku akan coba lakuin itu, semoga Arman inget aku.”jawabku
Keyakinanku kini mulai kuat. Aku bertekad untuk mengembalikan ingatan Arman, semua kenangan tentang aku sama Arman. Aku mencoba untuk sms Arman.
“Bebz, inget gak kalo hari ini tuh satu bulannya kita. Semoga kita tetep langgeng yah. I LOVE YOUBebz.”
“Kamu siapa?” jawab Arman
Air mataku hampir meleleh membaca sms dari Arman. Ternyata Arman lupa sama aku.
“Aku Anna bebz, pacar kamu. Masa’ kamu lupa sih sama aku.”
Aku terus meyakinkan Arman kalau aku ini adalah pacarnya. Semua kenanganku dengan Arman aku ceritakan padanya. Aku tak henti-hentinya membuatnya ingat padaku.
Sampai keesokan harinya, ingatan Arman belum juga pulih. Aku sudah putus asa dengan ini semua. Sudah kurelakan jika Arman memang sudah lupa padaku.
“Aku memang nggak tau siapa kamu, tapi aku ngerasa nyaman sama kamu. Kalau bener kamu pacarku, aku sayang sama kamu.”
Aku kaget bukan main. Semangatku kini muncul kembali. Aku senang mendengarnya.
“Aku juga sayang kamu, Bebz.”
Lalu Arman mengeluh sakit pada kepalanya. Sempat beberapa lama dia tidak membalas smsku.
“Bebz, aku ingat semuanya. Kamu pacar aku, semuanya kini telah kembali.”
“Alhamdulillah, syukur deh kalau gitu. Aku seneng banget bebz.”
Kami mulai mengenang kenangan indah masa lalu. Aku merasa Arman menjadi lebih romantis dari biasanya, dan aku sangat bahagia.
“Bentar lagi ultah kamu kan? Aku akan pulang, nanti kita rayain sama-sama dengan makan malam romantis dan aku akan bilang kalo aku cinta sama kamu.”kata Arman di telepon.
“Iya. Nanti kita rayain sama-sama. Aku nggak sabar menantikan saat itu.” Jawabku.
“Bebz, aku ngantuk. Boleh kan aku tidur ditemenin sama kamu?”
“Dengan senang hati, sayang.”
“ I LOVE YOU.”
“ I LOVE YOU TOO.”
Dia menutup teleponnya. Aku masih diliputi kebahagiaan. Sekarang aku punya Arman yang dulu. Kini 31 hari usia hubungan kami. Walaupun masih terbilang baru, tapi kami akan berusaha menjalaninya dengan serius. Semoga hubungan ini bisa awet dan langgeng, pikirku.
Setengah jam kemudian Arman kembali SMS aku. Tak sabar aku membukanya. Tapi ternyata Dea. Dia bilang Arman tak sadarkan diri lagi. Perasaanku mulai nggak enak.
 “ Jantungnya melemah. Tadi sempat berhenti juga. Mohon doanya biar Arman cepet sadarin diri.” Kata Dea
“Iya, aku akan doain dia. Pasti.” Kataku mantap.
Aku merenung sejenak sambil menunggu SMS balasan dari Dea. Aku menunggu begitu lama dan akhirnya datang juga.
“ Kamu yang sabar ya,anna. Arman udah nggak ada.” Terdengar isak tangis Dea di seberang sana.
Tak kuasa aku menahan airmataku, meleleh begitu saja. Aku seperti orang linglung yang tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku menangis seharian.
Kini aku sendiri, tiada yang menemani. Seperti di sinetron-sinetron. Aku hanya bisa merelakannya dan mendoakannya agar tenang disana.
Selamat jalan Arman. Selamat jalan cinta pertamaku. Aku mencintaimu.


THE END

THE SPECIAL CHOICE


Malam ini kepalaku begitu pening memikirkan apa yang terjadi di kampus tadi pagi. Aku tak menyangka akan seperti ini kejadiannya. Dua orang cowok menyatakan cintanya kepadaku di hari yang sama. Serasa mendapatkan durian runtuh dari langit dan seorang malaikat ganteng yang mengantarkannya padaku. Namun tidak semudah yang kupikirkan. Mereka mempunyai keistimewaan sendiri-sendiri hingga aku bingung memilih antara keduanya.
“ Aku merasa diriku ini biasa saja, tapi kenapa mereka berdua memperebutkan aku? Padahal bisa dibilang mereka adalah orang terkenal di kampus yang bisa dapetin cewek yang lebih sempurna dari aku”tanyaku dalam hati
Diko adalah seorang cowok cakep yang terkenal di kampus, anak seorang milyuner di kota ini. Secara materi mungkin dia lebih dari berkecukupan dan bahkan bisa dibilang kekayaan keluarganya tidak akan habis sampai tujuh turunan. Dia juga turut andil dalam mengelola beberapa perusahaan keluarga. Selain dari latar belakang keluarganya, keistimewaannya adalah hampir setiap tahun dia mendapat prediket “mahasiswa teladan” dan IPKnya pasti diatas rata-rata. Menakjubkan.
Aku bertemu dengan Diko secara tak sengaja di sebuah toko buku. Aku masih mengingat kejadian konyol itu. Saat aku mengantri  di kasir untuk membayar buku yang kebetulan sama dengan yang Diko beli, kami saling berebut giliran yang pertama. Tapi akhirnya aku mengalah kepadanya karena aku tak mau ditangkap oleh satpam hanya karena masalah tidak penting seperti itu. Tanpa disangka Diko tidak membawa dompetnya. Dia tampak kebingungan. Mungkin dalam hatinya dia akan malu jika mengembalikannya tetapi dia tidak membawa uang untuk membayarnya. Aku hanya tersenyum geli. Aku dapat membaca pikirannya.
“ Ini mbak, buku ini 2.” Kataku cepat-cepat.
“ 60 ribu mbak.”
Aku sempat melihat ekspresi keterkejutannya yang menurutku benar-benar jelek, sangat jelek untuk cowok setampan dia. Aku melenggang di depan Diko yang masih berdiri mematung. Aku seperti telah memenangkan sebuah pertempuran dan telah membuat malu lawanku. Kalah telak. Dia mengejarku.
“ Hey! Apa maksudmu membayari bukuku segala? Aku..eh, bisa saja menelepon orang suruhanku untuk membayar buku itu.” Katanya ketus
“ Aku hanya tidak mau lama-lama mengantri di kasir. Lagian melihat ekspresi kebingunganmu membuat aku kasihan padamu. Sudahlah, anggap saja itu amal baikku hari ini.” Jawabku santai dan untuk kedua kalinya aku meninggalkannya yang berdiri mematung. 
Sebelumnya dia belum mengenal aku, tetapi karena dia tahu aku berada di kampus yang sama dengannya dia mengetahui namaku dari teman-temanku. Semenjak itu entah kenapa secara sengaja atau tidak aku selalu bertemu dengannya di kampus padahal sebelum kejadian konyol itu aku sama sekali tidak pernah bertemu dengannya-atau mungkin aku bertemu tapi tidak menghiraukannya-entahlah.
“anna! Tunggu!” ada suara yang memanggilku dari kejauhan.
Cowok itu menghampiriku dengan menenteng sebuah buku di tangannya. Dengan setengah berlari ia berusaha sampai di depanku.
“anna, nih buku loe yang gue pinjem kemaren. Thanks yah.” Dia berlalu sembari tersenyum padaku. Senyum yang manis sekali.
Iya, dia adalah arman. Cowok manis satu ini seorang pemain basket idolanya cewek satu kampus. Dia juga sangat pintar dan dia juga menjadi ketua BEM di fakultasnya,Fakultas ekonomi, fakultas yang sama denganku. Dia mengenalku saat ospek universitas dulu karena dia satu kelompok denganku. Dia sangat baik dengan semua orang dan tidak pernah bersikap sombong atas prestasi yang pernah diraihnya seperti juara olimpiade matematika tingkat daerah, juara taekwondo tingkat nasional dan masih banyak lagi. Aku tahu semua itu dari temanku yang satu SMA dengannya. Perfect!
Akhir-akhir ini frekuensiku bertemu dengan diko semakin hari semakin banyak dan ini membuatku bingung. Untuk apa mahasiswa kedokteran mondar-mandir di fakultas ekonomi? Aku cukup ber-positif thinking saja,”mungkin saja dia menemui temannya atau pacarnya di kampus ini, tapi kalau dia punya pacar satu fakultas denganku pasti aku sudah dengar beritanya. Kok sepi-sepi aja?” muncul berbagai pertanyaan dalam otakku. Tiba-tiba tanpa kuduga dia sudah ada di depanku.
“Anna ya? Ingat sama aku nggak? Yang di toko buku?” kata diko mencoba mengingatkanku
Sejenak aku ingin tertawa mengingat kejadian itu tapi kutahan saja dan mengangguk.
“Kamu mahasiswa ekonomi ya?” tanyanya.
Aku mengerutkan kening.” Yaiyalah, ngapain coba tiap hari aku kesini kalo bukan mahasiswa sini. Emangnya kamu, mahasiswa kedokteran keluyuran di fakultas ekonomi?” pikirku dalam hati.
“ eh, iya. Ada perlu apa ya? Kelihatannya kamu sering nongkrong disini.” Jawabku sopan
“ emh..aku kesini mau cari kamu. Kamu ada waktu nggak? Aku mau ngajakin kamu makan siang nanti sebagai tanda terimakasihku waktu itu. Gimana?” ajaknya
Gubraakkk!!!
Selama seminggu ini dia kesini Cuma mau nyariin aku dan mau ngjakin aku makan? Nggak salah nih? Apa aku sedang bermimpi? Aku hanya bisa terbengong-bengong.
“Anna? Hello?? Gimana?” tanyanya sekali lagi saat melihatku bengong sendiri.
Kemudian aku tersadar dari lamunanku.
“oohh..eh, iya. Boleh kok. Dimana?
“nanti aku aja yang jemput kamu, ok? Kamu selesai jam berapa?
“ nanti aku keluar jam 1.”
Dia meninggalkanku yang berdiri mematung seperti dia waktu itu. Dia menoleh sekali dan tersenyum dengan sangat manis. Bikin cewek jatuh hati, termasuk aku. Aku masih nggak nyangka dia  mencariku selama ini.
“Hufftt..gawat! bakal nggak konsen kuliah nih” gerutuku.
Kurasakan waktu berjalan begitu lama. Berkali-kali aku kulirik jam dinding, jam dinding baru menunjukkan pukul 12.15 dan itu artinya aku harus menunggu 45 menit lagi, 45 menit yang membosankan. Sepertinya aku mulai tidak sabar. Konsentrasiku buyar hanya karena janji makan siangku dengan Diko. Aku mendengarkan penjelasan dari dosen ekonomi makro-ku tapi entah kenapa tidak ada yang membekas sedikitpun di otakku. Tidak biasanya aku seperti ini.
“perhatian semuanya! Hari ini kuliah sampai disini karena bapak harus menghadiri seminar. Jadi cukup sekian terimakasih, selamat siang.”kata dosen pada mahasiswa yang sedang sibuk mencatat materi yang disampaikan.
Aku bernafas lega. Akhirnya. Tapi tunggu dulu. Berarti aku tetap harus menunggu sampai jam satu? Ah tidak, ternyata dia datang lebih cepat seperti sudah punya insting kalau aku akan selesai lebih cepat.
“silahkan masuk” katanya membukakan pintu mobilnya untukku.
“ kita mau kemana?” tanyaku.
“ pokoknya ikut  aja.”
Dia membawaku ke sebuah restoran mewah tak jauh dari kampus. Kulihat daftar menu yang disajikan, busyeettt...harganya seperti jatah bulananku!
“mau makan apa?” tanya diko
“ehh..sama kayak punya kamu aja deh” jawabku bingung.
Sembari menunggu makanan yang kami pesan kami asyik mengobrol ngalor ngidul dan sesekali tertawa bersama. Sepanjang makan siang itu kami saling tertawa seperti teman yang sudah kenal lama. Setelah selesai dia mengantarkanku pulang. Sejak itu kami jadi akrab dan sering jalan bareng. Tapi tidak cukup sampai disitu. Arman juga sedang PDKT denganku dan aku sering menghabiskan waktu dengannya. Tapi Diko yang lebih sering meluangkan waktunya untukku. Arman sedang sibuk dengan pertandingan basketnya sehingga tidak ada waktu untukku dan itu membuatku kesal. Apa aku cemburu dengan basket? Entahlah.
Hingga pada akhirnya mereka berdua menyatakan cintanya yang membuatku bingung setengah mati. Hati kecilku memilih arman, tapi di sisi lain aku merasa sayang sama Diko. Aku harus pilih yang mana? Mungkin aku butuh waktu untuk berpikir.
“Anna, sudah ada jawabannya?” tanya Arman.
“kasih aku waktu buat berpikir” jawabku.
“kalo bisa sih jangan lama-lama” timpalnya.
‘nih orang kenapa nggak sabaran banget sih?’ gerutuku dalam hati.
Lalu aku dengar kabar kalau Arman mendapat beasiswa ke Beijing karena memenangkan pertandingan basket kemarin. Sekarang aku tahu, dia tidak sabar karena dia harus pergi ke Beijing.
“gimana An? apa udah ada jawabannya? Sebenernya gue mau ke Beijing. Kalo misalnya loe terima gue, gue bakal ajak loe ikut ke Beijing, gimana mau nggak?”
Deg!
“ke Beijing? Terus kuliahku gimana? Orang tua aku? Aku kan anak tunggal, nggak mungkin kalo aku ikut kamu ke Beijing.” Jawabku.
“tapi ini kesempatan emas buat kita. Kita bisa kuliah bareng disana.”
“buat kita? Nggak salah? Bukannya kamu yang dapat beasiswa kan? Bukan aku.”
“iya sudah kalo kamu nggak mau, terpaksa aku akan kuliah sendiri disana. Ini adalah impian aku dari dulu. Makasih.”
Dia meninggalkanku begitu saja. Aku belum bisa percaya dia mengatakan semua itu. Tak terasa airmata mengalir di pipiku. Tidak kusangka cowok yang selama ini aku sayang ternyata egois seperti itu. Makin lama airmataku makin banyak berlinang dan aku hanya bisa tertunduk. Tiba-tiba seseorang mengusap air mataku. Diko. Seperti sudah ada sirene yang mengingatkan dia kalo aku sedang galau, dia selalu datang menghiburku. Dia memelukku dan menenangkanku. Ternyata dia melihat kejadian tadi. Aku malu sekali padanya.
Setelah kejadian itu aku mulai bertekad akan mencintai diko seorang karena dia yang selalu ada buat aku. Oh iya, pada malam itu juga diko menyatakan lagi cintanya padaku. Hidupku sekarang lebih berwarna. Hari-hariku bahagia bersama diko. Ternyata ini adalah pilihan teristimewa yang pernah aku buat.